Pulau Gili Iyang terkenal karena dipercaya memiliki kadar oksigen yang tinggi. Oksigen merupakan gas yang vital dibutuhkan dalam kehidupan manusia, sehingga kepercayaan akan kadar oksigen yang tinggi dijadikan sebagai dasar untuk pembangunan dan pengembangan di Gili Iyang yaitu sebagai tujuan wisata kesehatan. Pengecekan kadar oksigen di Gili Iyang dilakukan oleh beberapa instansi. Hasil pengukuran di lapangan oleh LAPAN (2006) dan analisisnya menunjukkan bahwa kadar oksigen di Gili Iyang dalam kondisi normal yaitu sebesar 20,9 %. Segarnya udara di Gili Iyang bukan karena kadar oksigen yang tinggi, tetapi karena udaranya bersih dari zat pencemar. Jika ada pengukuran dari instansi lain yang menunjukkan adanya titik spot dengan kadar oksigen yang tinggi di atas 22 %, sebetulnya kadar oksigen yang tinggipun perlu diwaspadai karena kadar oksigen yang tinggi bisa menyebabkan keracunan oksigen yang disebut hiperoksia dan berpotensi menyebabkan kebakaran yang dahsyat. Oleh karena itu menjadikan Gili Iyang sebagai tujuan wisata kesehatan dengan alasan memiliki kadar oksigen tinggi masih memerlukan kajian yang lebih dalam lagi.
Gili
Iyang ada pula yang menyebut Giliyang ataupun Gili Elang merupakan pulau kecil
yang terletak di ujung timur pulau Madura. Secara administratif Gili Iyang
masuk dalam wilayah Kabupaten Sumenep, Kecamatan Dungkek. Pulau dengan luas
sekitar 9 km2 itu terdiri dari dua desa yaitu desa Banraas dan Bancamara.
Pulau kecil
ini menjadi menarik karena diyakini oleh masyarakat sebagai kawasan dengan
kadar oksigen (O2) tinggi, bahkan tertinggi kedua setelah Laut Mati. Keyakinan
ini didukung oleh fakta bahwa penduduk Gili Iyang banyak yang mencapai usia
tinggi dengan kondisi yang sehat dan kuat, sehingga muncullah kepercayaan Gili
Iyang ini menjadikan awet muda dan tak ayal Gili Iyang ini mendapat pula
julukan pulau awet muda. Media masa pun banyak yang mewartakan tentang kondisi
Gili Iyang tersebut.
KADAR
OKSIGEN
Laut
mati merupakan lokasi alami yang paling rendah di muka bumi, yaitu sekitar
sekitar 427 m di bawah permukaan laut. Menurut hukum hidrostatika, jika posisi
semakin rendah tekanan udara semakin besar. Jika pada permukaan laut tekanan
udara 760 mm Hg atau sering disebut 1 atmosfer, pada posisi 427 m di bawah
permukaan laut, tekanan udara mencapai 799 mmHg atau sekitar 105 % dari tekanan
udara di permukaan laut. Oleh karena itu untuk volume yang sama, jumlah oksigen
di Laut Mati sangat tinggi meskipun kadarnya tetap sama dengan kadar oksigen di
tempat lain di permukaan bumi yaitu sebesar 20,9 %. Tingginya tekanan oksigen
di Laut Mati bukan karena kadarnya yang tinggi tetapi karena faktor ketinggian
saja yang menyebabkan tekanannya besar (Kramer dan Godfrey, 1996; Falk etal.,
2006). Daerah permukaan laut dekat kutub, terutama ketika musim dingin juga
memiliki kandungan oksigen yang sangat tinggi. Hal itu dikarenakan
temperaturnya yang sangat rendah bukan karena kadarnya yang tinggi, kadar
oksigen tetap 20,9 %.
Jika Gili
Iyang dikatakan memiliki oksigen tinggi setelah Laut Mati, mungkin hal ini
merujuk pada lokasi wilayah Gili Iyang yang berupa pulau kecil sehingga dapat
dikatakan pantai semua. Tetapi jika merujuk pada lokasi Gili Iyang yang berupa
pantai, maka tentu saja bukan hanya Gili Iyang yang memiliki oksigen yang nomer
dua setelah Laut Mati. Semua lokasi di bumi yang memiliki ketinggian nol atau
setara permukaan laut memiliki kandungan oksigen tertinggi kedua setelah Laut
Mati. Lokasi dengan tinggi permukaan laut pada daerah dekat kutub, terutama
musim dingin pasti memiliki jumlah oksigen yang lebih banyak, meskipun kadar
oksigen tetap 20,9%.
Jadi
klaim oksigen tinggi di Gili Iyang seharusnya bukan karena masalah posisinya
yang rendah mendekati garis pantai (Gambar 2-1). Jika hanya mengacu pada lokasi
yang berada di garis pantai, tentu saja kandungan oksigen di Gili Iyang sama
saja dengan oksigen di pantai Ancol Jakarta. Apakah benar kadar oksigen di Gili
Iyang tinggi, lebih dari 20,9 %?
Pada
tahun 2006, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) melakukan
pengukuran kadar oksigen di Gili Iyang. Pengukuran dilakukan pada 17 titik yang
terdistribusi di seluruh Gili Iyang (Gambar 2-2). Hasil pengkuran di semua
titik pengukuran menunjukkan hasil yang normal, kadar oksigen 20,9% (LAPAN,
2006). Berdasarkan referensi lain, Kementerian PU dan Perumahan Rakyat
menyatakan bahwa kadar oksigen di Gili Iyang terendah pada kisaran (20-23) %,
dan tertinggi mencapai 27 % (Ciptakarya, 2014).
Perbedaan
hasil pengukuran itu terjadi karena keakuratan alat ukur yang dipakai, human
error, atau perbedaan waktu dan titik sampling pengukuran. Alat ukur yang
terkalibrasi secara akurat, itulah yang hasilnya bisa dipertanggungjawabkan
secara ilmiah. Berikut ini akan dikaji, kemungkinan dari dua hasil pengukuran
tersebut.
Jika
kadar oksigen di Gili Iyang 20,9% benar sebagaimana hasil pengukuran LAPAN,
berarti kadar oksigen di Gili Iyang normal. Tidak bisa dikatakan tertinggi
kedua setelah Laut Mati, daerah pantai di daerah kutub masih lebih tinggi dari
Gili Iyang karena temperaturnya yang dingin sehingga memampatkan semua gas
penyusun atmosfer termasuk oksigennya. Kadar oksigen di Gili Iyang ini sama
saja dengan kadar oksigen di pantai Jakarta.
Anggapan
masyarakat umum sering menyatakan bahwa udara bersih mengandung banyak oksigen,
dan sebaliknya udara yang tercemar jika kadar oksigennya berkurang. Anggapan
itu tidak benar. Di atmosfer bumi udara bebas mengandung 20,9% oksigen. Udara
dikatakan bersih jika kadar udara pencemar didalamnya tidak melebihi baku mutu
kualitas udara ambien, sebaliknya udara dikatakan kotor jika kadar zat pencemar
melebihi baku mutu udara ambien. Udara pencemar tersebut meliputi antara lain
seperti CO, NO, NO2, SO2, O3, hidrokarbon, dan PAN. Baku mutu udara ambien ini
diatur dalam Lampiran Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 41 Tahun 1999
tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
Jika
kadar oksigen normal, hanya 20,9%, apa keistimewaan udara di Gili Iyang
sehingga dijuluki pulau awet muda. Gili Iyang adalah pulau kecil, dikelilingi
laut. Daratan yang terdekat adalah pulau Madura. Baik di Gili Iyang maupun
Madura tidak banyak aktivitas yang menghasilkan zat pencemar udara, seperti CO,
NO, NO2, SO2, O3, serta berbagai parikulat. Hasil pengukuran zat pencemar CO,
NO, NO2, dan SO2 di Gili Iyang menunjukkan nilai yang sangat rendah di bawah
baku mutu, sehingga bisa dikatakan udara di Gili Iyang sangat bersih (LAPAN,
2006). Udara di Gili Iyang mengandung kadar oksigen yang sama dengan di pantai
Ancol, hanya di Gili Iyang tidak ada zat pencemar, sedangkan di pantai Ancol
banyak zat pencemar yang berasal dari Jakarta sehingga udara di pantai Ancol
lebih kotor dari ada di Gili Iyang.
Selain
itu udara di Gili Iyang merupakan udara yang berasal dari laut yang kemungkinan
banyak mengandung aerosol garam, terutama magnesium sulfat atau dikenal dengan
nama garam epsom. Banyak manfaat dari penggunaan garam epsom di luar tubuh
untuk kesehatan dan kesegaran kulit (Asha, 2015), juga pengobatan seperti pre-
86
eklampsia
dan eklampsia yang dialami ibu hamil (Smith et al., 2013), dan bisa menjadi
tindakan medis awal untuk pasien yang terkena serangan stroke (Saver et al.,
2015).
Bagaimana
jika hasil pengkuran oksigen di atas 21 % benar? Atmosfer dengan kadar oksigen
22% adalah kondisi anomali. Kadar oksigen mencapai 22 % atau bahkan 27 % dapat
terjadi jika ada kebocoran gas oksigen dari tabung gas oksigen. Kejadian bisa
dijumpai di rumah sakit ataupun di industri yang memproduksi atau menggunakan
gas oksigen, bukan di ruang terbuka.
Oksigen
yang terikat dalam senyawa gas penyusun atmosfer seperti CO, NO,NO2,SO2,O3
ordenya hanya permilyar dan paling besar ada pada senyawa CO2 dalam kadar
sekitar 400 persejuta atau 0,04 %. Reaksi terbesar yang menghasilkan oksigen di
atmosfer adalah reaksi fotosintesa. Fotosintesa menggunakan bahan dasar CO2 dan
air dengan energi matahari menghasilkan oksigen dan karbohidrat. Karbohidrat
akan tersimpan dalam bentuk pertum- buhan pada pohon. Mengingat kadar CO2 yang
hanya sekitar 0,04 % di atmosfer maka tak akan mampu menghasilkan oksigen yang
merubah konsentrasinya di atmosfer menjadi naik satu persen. Selain itu, di
Gili Iyang juga tidak terlihat adanya tumbuhan kayu yang besar-besar sebagai
bukti adanya reaksi fotosintesa yang tinggi.
Kenaikan
lebih dari satu persen oksigen tidak bisa disuplai dari reaksi gas-gas di
atmsofer yang mengandung oksigen, termasuk reaksi fotosintesa. Kebocoran
pipanisasi gas oksigen juga tidak terjadi di Gili Iyang. Hal yang paling
memungkinkan jika kondisi anomali oksigen di GIli Iyang benar adalah adanya
proses geologi. Proses geologi yang mampu menyemburkan gas oksigen ke atmosfer,
sehingga kadar oksigen di Gii Iyang sampai berada di atas normal. Tentu saja
kebenaran teori ini perlu dibuktikan dengan penelitian yang mendalam lagi,
terutama pada lokasi-lokasi yang diklaim sebagai titik dengan kadar oksigen
tinggi.
Follow our sosial media
Instagram : @giliiyang.o2_official
Instagram : @pmm.pulaugiliiyang
Youtube : PMM PULAU GILI IYANG